بِسْمِ اللّٰھِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمٍ

ASSLMKM WR WB
AHLAN WA SAHLAN.................

KHAIFA HALUK ?

PESAN

Ayo kembali pada Al Qur'an & As Sunnah yang sesuai dengan pemahaman Rasulullah dan para Sahabat beliau............

HIKMAH

..........Dalam ibadah niatkan karena Cinta kepada Allah SWT, karena takut adzab neraka Allah SWT, dan karena mengharap balasan surga dari Allah SWT. Insya Allah itu dapat mengantarkan qta ikhlas dalam beribadah.......

Friday, September 24, 2010

MOLUSKUM KONTAGIOSUM

A. TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan 1

Moluskum kontagiosum merupakan infeksi virus pada kulit yang umum terjadi pada anak-anak. Infeksi kulit yang terjadi berupa papul (benjolan kecil dan sewarna kulit), tidak nyeri dan dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam waktu setahun.

Penyakit ini menular, namun hanya menyerang kulit tidak menyerang organ-organ dalam. Cara penularan yang biasa terjadi adalah lewat kontak langsung maupun kontak dengan benda lain yang terkontaminasi.

II. Definisi 1,2,3

Moluskum Kontagiosum adalah penyakit yang disebabkan oleh virus pox, klinis berupa papul-papul, pada permukaannya terdapat lekukan (delle), berisi massa yang mengandung badan moluskum.

III. Epidemiologi

Moluskum Kontagiosum dapat ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian paling tinggi di negara tropis. Penyakit ini menyebar dengan cepat pada suatu komunitas yang padat, higienis kurang dan kurang mampu.4

Insiden tertinggi moluskum kontagiosum terjadi di iklim tropis dan hangat di seluruh dunia. Terdapat sekitar 5-8% dari seluruh populasi. Tiga kelompok besar yang terkena antara lain anak-anak, orang dewasa dengan seksual aktif, dan orang dengan system imun yang menurun, hingga 20 % dengan HIV aktif juga terkena moluskum kontagiosum.1

Faktor pendukung penyebaran adalah berbagi mandi, kolam renang, dan handuk. Penyakit ini lebih banyak menyerang anak dimana laki-laki lebih banyak dibanding perempuan dan lesi lebih menyebar dari dewasa.5

Pasien dengan dermatitis atopi sering disertai dengan terjadinya peningkatan jumlah lesi.1,6 Pada orang dewasa, moluskum dapat disebarkan dari aktivitas seksual dan STD yang lain dapat menyertainya.1

IV. Etiologi 1,6

Secara etiologi penyakit ini disebabkan oleh Molluscum Contagiosum Virus (MCV), yang merupakan bagian dari virus pox. MCV ini terdiri dari 4 tipe yaitu MCV 1, MCV 2, MCV 3, dan MCV 4. Yang terbayak adalah MCV 1. Pada anak-anak biasanya disebabkan oleh MCV 1, sedangkan pada penderita HIV disebabkan oleh MCV 2. Virus ini masuk ke kulit lewat kelenjar rambut dan mudah menular lewat kontak langsung. Bila papul digaruk, virus ini dapat menyebar ke kulit sekitarnya. Daerah lipatan kulit yang lembab, seperti di ketiak, dapat mempercepat penyebaran virus.

V. Patogenesis

Patogenesis dari penyakit ini sebenarnya tidak jelas. Molluscum Contagiosum Virus (MCV) yang merupakan bagian dari Pox virus, bereplikasi pada sel keratin dalam sitoplasma. Sel yang terinfeksi mengalami turn over lebih tinggi daripada yang normal. MCV menyebabkan gangguan migrasi sel Langerhans ke lapisan epidermis sehingga pada lapisan spinosum tidak terdapat sel Langerhans.1,5,6

VI. Gejala Klinis

Masa inkubasi berlangsung satu sampai beberapa minggu. Kelainan kulit dimulai dengan papul berwarna putih seperti mutiara atau merah seperti daging (flesh colored) yang kemudian membesar, diskrit, berbentuk kubah, yang kemudian di tengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak keluar massa yang berwarna putih seperti nasi, yang merupakan ciri khas untuk moluskum kontagiosum. Ukuran dari papul ini bervariasi, biasanya antara 2-6 mm, kadang bisa mencapai 3 cm (giant molluscum). Biasanya asimptomatis.1,2,6,7 Lokalisasi penyakit ini di daerah muka, badan dan ekstremitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga timbul supurasi.2

VII. Diagnosis

Ditegakkan atas dasar gejala klinis yang khas. Sebagai tambahan dapat digunakan metode Shelley, yaitu dengan mengeluarkan inti atau biji dari papul dan melumatkan diantara dua slide mikroskop, dan beri zat pewarna untuk deteksi virus. Pewarna yang dipilih adalah Sedi-Stain (Clay-Adams, Parsippany, NJ 07054: crystal violet, safranin and ammonium oxalate in 10 percent ethanol). Tekanan yang kuat pada slide tersebut akan menghasilkan virion yang dapat dilihat dibawah mikroskop.8 Dapat juga dengan menggunakan cat Wright akan terbaca suatu gambaran typical oval molluscum bodies. Biopsi tidaklah selalu merupakan hal yang penting kecuali bentukan papul tertutup oleh infeksi sekunder. Pada histopatologi daerah epidermis didapatkan gambaran badan moluskum dengan partikel virus.2

VIII. Diagnosis banding9

a. Karsinoma sel basal : pada orang tua sering mengalami ulserasi.

b. Veruka vulgaris : vegetasi lentikular, permukaan kasar, kering, warna keabu-abuan, kulit di sekitarnya tidak meradang.

c. Keratoakantoma : biasanya nodula-nodula keras, pada bagian tengah didapati sumbatan keratin. Biasanya ditemukan di daerah wajah, telinga, dan punggung tangan.

IX. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret. Cara lain dapat digunakan ekskholeasi, elektrokauterisasi atau bedah beku dengan CO2, N2, dan sebagainya. 1,2,3 Pada orang dewasa harus dilakukan terapi terhadap pasangan seksualnya.1,2

Pada anak-anak lebih baik diberikan trichloroacetic acid 50% untuk lesi putih beberapa detik sampai beberapa menit, sedangkan untuk krusta sampai 10 hari. Bisa juga diberikan Duofilm (Lactic acid dan Salicylic acid) untuk lesi putih selama 2-5 hari dan untuk krusta 7-14 hari.1

Walaupun penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gatal, pada beberapa orang dapat timbul dermatitis di sekitar papul sehingga dapat menimbulkan rasa gatal. Pengobatan untuk gatal karena dermatitis dapat menggunakan krim atau salep hidrokortison (kortikosteroid). Namun krim atau salep ini dioleskan hanya di daerah dermatitis dan tidak pada papul moluskum kontagiosum.1

X. Prognosis

Prognosis, dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif.1,2


DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, Benny, dr.Sp.KK. 2009. Kasus-kasus lain : Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit. Surabaya : Airlangga Universty Press. Hal 166-168.

2. Djuanda, Adhi, et al, editor. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,3nded. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. Hal 111-112.

3. Barakbah, dkk. 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya : Airlangga Universty Press. Hal 21.

4. http:// klikdokter.com/Indeks Penyakit/Moluskum kontagiosum. Diakses tanggal 20 Agustus 2010.

5. Gonzales E. Molluscum Contangiosum and Other Viruses. In : Moschella SL, Hurley HJ.eds.3nd ed. Phil : WB Saunders Co.p 807-808.

6. Fritzpatric.2003. Dermatology in general medicin, 7th ed. New York : Mc Graw Hill Medical. p 1911-1913.

7. Epstein, E. 1988. Molluscum Contangiosum. In : Common Skin Disorders 2nded. New Jersey : Medical Economic Book. p 125-126.

8. James, W.D, Timothy, G.B, Dirk, M.E. 2006. Molluscum Contangiosum. In : Andrew’s Disease of the Skin : Clinical Dermatology. 10thed. Canada : Saunders Elsevier. P 394-396.

9. Siregar RS. Moluskum kontagiosum, Acne, Milia : Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi 2. Jakarta : EGC. 2005. Hal 79.

No comments: